H.M. Jusuf Kalla mengatakan,
seorang pemimpin harus memiliki karakter yang kompleks untuk memimpin
suatu negara. Sebab kemajuan suatu bangsa atau negara ditentukan dari
pemimpinnya. Pemimpin tak hanya cukup jujur, tetapi juga harus mampu
memberi tauladan, tegas dan menguasai masalah. Bila pemimpinnya tak
menguasai masalah, maka kita akan menjadi permainan bangsa-bangsa lain.
Pempimpin juga harus mampu membawa orang yang dipimpin ke tujuan lembaga
atau bangsa. Yakni mencapai masyarakat yang adil, makmur danm
sejahtera.
Hal tersebut disampaikan Mantan Wakil
Presiden RI, Jusuf Kalla dalam “Dialog Kebangsaan Dalam Pentas Budaya
Nasional – Kepemimpinan Nasional Dan Keadaban Politik” di Convention
Hall Kampus UIN Sunan Kalijaga, Rabu, 20 November 2013.
Indonesia kata Jusuf Kalla, kini sedang
dipandang remeh oleh negara lain. Salah satu contohnya adalah adanya
kasus penyadapan yang dilakukan Australia kepada pejabat negara. Menurut
Jusuf Kalla, hal tersebut bisa terjadi disebabkan Australia merasa
lebih tinggi dari Indonesia, dalam hal ekonomi, teknologi, dan juga
sumber daya manusianya.
Mereka (Australia) merasa lebih pintar
dari kita, merasa lebih maju dan mau menyombongkan diri, kata ketua umum
PMI Indonesia. Padahal kata Jusuf Kalla, Indonesia adalah negara yang
besar. kekayaan sumber daya alam Indonesia lebih besar dari Australia.
Sumber daya manusianya memiliki keberagaman. Semua itu sebenarnya
menjadi modal pokok bangsa ini yang tidak dimiliki bangsa lain di Asia.
Menurut Jusuf Kalla, kesalahan negri ini, dikarenakan ketidakmampuan
mendorong yang terbaik untuk maju, termasuk menciptakan kebijakan yang
terbaik. Modal pokok yang seharusnya menjadi kekuatan negri ini, justru
menjadi kelemahan bangsa. Jadi tidak heran, konflik sesama anak bangsa
masih sering terjadi, jelas Jusuf Kalla.
Di Era Soekarno, Indonesia menjadi
negara baru merdeka yang ditakuti. Ini disebabkan kepimpinan Soekarno
yang dikenal dunia sebagai seorang orator yang andal dan disegani. Bila
di era itu Soekarno tidak pandai berorasi, masyarakat Indonesia tidak
akan mendengar kepemimpinannya. Negara-negara lain juga tidak akan
menghormati Indonesia. Oleh karenanya, saat ini dan ke depan, Indonesia
membutuhkan karakter pemimpin yang mampu memahami permasalahan dan
kebutuhan Indonesia era kini dan ke depan, yang bisa memotivasi seluruh
masyarakat Indoneia untuk maju dan tentu yang bisa menjadikan Indonesia
disegani bangsa-bangsa lain.
Menanggapi Pemilu 2014 esuk, Jusuf
Kalla mengatakan, akan seperti menonton bola yang lawannya seimbang.
Jadi akan seru. Seperti menonton Barcelona lawan Manchester United atau
Persija lawan PSIS. Pemilu 2014 akan berlangsung seru. Karena kekuatan
Parpol dan tokoh-tokoh politik yang cenderung berimbang. Tidak ada yang
benar-benar menonjol. Tetapi pihaknya memprediksi dan berharap, bukan
Partai Demokrat yang akan menang. Supaya memberi kesempatan kepada
calon-calon pemimpin bangsa dari partai-partai lain untuk membuktikan
bisa mempimpin bangsa ini menjadi lebih baik, tegas Jusuf klla.
Sementara itu, Rektor UIN Sunan
Kalijaga, Prof. Dr. H. Musa Asy’ari menyampaikan, dinamika politik
menjelang Pemilu 2014 harus dikawal sejak dini. Agar tidak terjerumus ke
dalam politik kekerasan, melainkan politik yang mensejahterakan.
Dinamika politik harus diarahkan agar memiliki daya responsif terhadap
permasalahan bangsa. Musa Asy’arie memandang perlunya dialog- dialog
kebangsaan di forum akademik seperti ini, menuju dinamika politik
berperadaban, tanpa manipulasi, tidak menghasilkan dinasti kepemimpinan,
apalagi menjual popularitas tanpa bobot. (Weni Hidayati-Humas UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta).